Kabupaten Bone adalah salah satu daerah otonom di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Watampone. Berdasarkan data Kabupaten Bone Dalam Angka Tahun 2015 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, jumlah penduduk Kabupaten Bone Tahun 2015 adalah 738.515 jiwa, terdiri atas 352.081 laki‐laki dan 386.434 perempuan. Dengan luas wilayah Kabupaten Bone sekitar 4.559 km2 persegi, rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bone adalah 162 jiwa per km2.
Selain kota Bone dikenal sebagai salah satu daerah otonom di Sulawesi selatan, Bone juga memiliki istilah sebagai kota yang beradat atau yang lebih sering kita dengar “Kota Beradat Bumi Arung Palakka”. Jika kita mendengar istilah tersebut pasti kita langsung mengakatakan itu adalah Kota Bone. Siapa sih yang tidak mengenal nama Arung Palakka, beliau adalah salah satu raja di Kota Bone yang terkenal di nusantara dari pada ke 33 raja lainnya. Ia merupakan raja ke -15 dan menjabat kurang lebih 24 tahun lamanya. Lantas mengapa Bone dikatakan sebagai kota beradat?. Karena disana adat istiadat sangat dijunjung tinggi dan masih sangat melekat ditengah masyarakat. Bahkan masyarakat disana memiliki motto SUMANGE’ TEALLARA’, yakni Teguh dalam Keyakinan Kukuh dalam Kebersamaan.
Selain itu, tahukah juga bahwa disana banyak sekali terdapat cerita sejarah yang sangat menarik untuk dijadikan referensi bacaan atau sebagai edukasi. Dalam liburan saya, saya sempat mengunjungi salah satu makam raja yang ada di sana, yaitu makam raja ke-16 atau kita kenal dengan nama LA PATAU MATANNA TIKKA, MATINROE RI NAGAULENG, 1696-1714,. Ia merupakan raja setelah Arung Palakka yang merupakan raja ke-15 Kota Bone. Banyak hal yang saya dapatkan dari liburan saya salah satunya yaitu dengan mengetahui cerita tentang raja-raja yang ada di sana.
(Daftar keluarga raja ke-16 Bone) |
Sekilas info mengenai raja ke-16 bone ini, ia diangkat menjadi raja Bone ke-16 pada 6 April 1696 menggantikan Arung Palakkan sebagai raja ke-15 Bone. Ia wafat pada 17 September 1714, ia dikenal oleh masyarakat sebagai raja yang arif bijaksana, taat melaksanakan syariat Islam, adil, jujur dan tegas dalam mengambil keputusan.
Selain itu beliau merupakan negarawan yang berhasil menciptakan perdamaian diantara kerajaan-kerajaan yang ada di sulawesi selatan. Dengan cara menikahi putri kerajaan lain, sehingga tercipta suatu hubungan kekeluargaan yang erat di antara kerajaan yang ada di sulawesi selatan.
Berikut istri-istri dari raja La Patau Matanna Tikka dan para pembantu kerajaan:
- Para istri:
1. La Mariama
2. Datu Mampu
3. Datu Larompong
4. Dala Ujung Pasilo
5. Sundari Datu Soppeng
- Para pembantu:
1. Mattejo (Ulama)
2. Petta Rala (Pacilo-cilo/paseppi)
3. Petta Djanggoe (Pemimipin Pasukan)
4. Buto (Ahli Nujum)
5. Petta Tutu
Salah satu hal mengenai makam raja ke-16 Bone itu ialah dari awal saat masuk kedalam makam kita pasti akan dipandu oleh penjaga makam yang ada disana dan kita dianjurkan untuk tidak mengucap hal-hal yang tidak pantas untuk di ucap pada saat berada dalam kawasan makam nantinya. Masyarakat disana beranggapan bahwa jika ada orang yang mengucapkan kata sembarangan pada saat masuk ke gerbang makam sampai ke dalam makam raja, maka orang itu bisa mendapatkan musibah. Selain itu pada saat kita sudah mau masuk kedalam makam hendaklah kita mengucap salam (kata salah seorang penjaga makam raja disana), karena itu merupakan salah satu adat yang ada disana, jika kita hendak masuk kedalam rumah atau suatu tempat yang dianggap pantas untuk kita mengucap salam, maka kita hendak untuk mengucapkan salam di tempat itu.
Awal pertama masuk kita harus dipandu oleh seorang panjaga makam yang ada disana, sebelum masuk kita juga di beritahukan beberapa hal mengenai tata cara masuk ke dalam makam salah satunya dilarang bicara sembarangan jika berada dalam kawasan makam. Pada saat masuk kita diwajibkan mengucap salam, dan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu. Saat sudah masuk ke dalam makam kita akan melihat beberapa macam makam, mulai dari makam raja ke-16 dan juga makam para istri-istrinya yang berjumlah 5 orang serta para pembantunya juga berada di dalam makam tersbut juga terdapat beberapa makam yang tidak memiliki nama. Belum lagi makam-makam yang ada di luar ada puluhan makam yang bisa kita lihat tersusun rapi.
(gambar makam raja bone)
|
Konon katanya juga jika kita ingin mengambil gambar di tempat itu kita tidak boleh sembarang memotret. Kata pemandu disana kita boleh mengambil gambar dimanaa saja, akan tetapi ada satu tempat yang tidak boleh kita mengambil gambarnya yaitu makam raja. Kita dilarang untuk mengambil gambar makam raja. Tidak tahu alasan lebih jelasnya, akan tetapi kata pemandu dari awal hingga sekarang makam raja ke-16 itu tidak bisa di potret. Begitu juga makam raja-raja lainnya.
BERIKUT DAFTAR RAJA-RAJA BONE DARI MASA KEMASA
MANURUNGE RI MATAJANG, MATA SILOMPOE, 1330-1365, Pria
LA UMMASA, PETTA PANRE BESSIE, 1365-1368, Pria
LA SALIYU KORAMPELUA, 1368-1470, Pria
WE BANRIGAU, MALLAJANGE RI CINA, 1470-1510, Wanita
LA TENRISUKKI, MAPPAJUNGE, 1510-1535, Pria
LA ULIYO BOTE-E, MATINROE RI ITTERUNG, 1535-1560, Pria
LA TENRIRAWE BONGKANGE, MATINROE RI GUCINNA, 1560-1564, Pria
LA INCA, MATINROE RI ADDENENNA, 1564-1565, Pria
LA PATTAWE, MATINROE RI BETTUNG, 1565-1602, Pria
WE TENRITUPPU, MATINROE RI SIDENRENG, 1602-1611, Wanita
LA TENRIRUWA, SULTAN ADAM, MATINROE RI BANTAENG, 1611-1616, Pria
LA TENRIPALE, MATINROE RI TALLO, 1616-1631, Pria
LA MADDAREMMENG, MATINROE RI BUKAKA, 1631-1644, Pria
LA TENRIAJI, ARUNGPONE, MATINROE RI PANGKEP, 1644-1672, Pria
LA TENRITATTA, DAENG SERANG, MALAMPE-E GEMME’NA, ARUNG PALAKKA, 1672-1696, Pria
LA PATAU MATANNA TIKKA, MATINROE RI NAGAULENG, 1696-1714, Pria
WE BATARITOJA, DATU TALAGA ARUNG TIMURUNG, SULTANAH ZAINAB ZULKIYAHTUDDIN, 1714-1715, Wanita
LA PADASSAJATI, TOAPPEWARE, PETTA RIJALLOE, SULTAN SULAEMAN, 1715-1718, Pria
LA PAREPPA, TOSAPPEWALI, SULTAN ISMAIL, MATINROE RI SOMBAOPU, 1718-1721, Pria
LA PANAONGI, TOPAWAWOI, ARUNG MAMPU, KARAENG BISEI, 1721-1724, Pria
WE BATARITOJA, DATU TALAGA ARUNG TIMURUNG, SULTANAH ZAINAB ZULKIYAHTUDDIN, 1724-1749, Wanita
LA TEMMASSONGE, TOAPPAWALI, SULTAN ABDUL RAZAK, MATINROE RI MALLIMONGENG, 1749-1775, Pria
LA TENRITAPPU, SULTAN AHMAD SALEH, 1775-1812, Pria
LA MAPPASESSU, TOAPPATUNRU, SULTAN ISMAIL MUHTAJUDDIN, MATINROE RILEBBATA, 1812-1823, Pria
WE IMANIRATU, ARUNG DATA, SULTANAH RAJITUDDIN, MATINROE RI KESSI, 1823-1835, Wanita
LA MAPPASELING, SULTAN ADAM NAJAMUDDIN, MATINROE RI SALASSANA, 1835-1845, Pria
LA PARENRENGI, ARUNGPUGI, SULTAN AHMAD MUHIDDIN, MATINROE RIAJANG BANTAENG, 1845-1857, Pria
WE TENRIAWARU, PANCAITANA BESSE KAJUARA, SULTANAH UMMULHUDA, MATINROE RI MAJENNANG, 1857-1860, Wanita
LA SINGKERU RUKKA, SULTAN AHMAD IDRIS, MATINROE RI TOPACCING, 1860-1871, Pria
WE FATIMAH BANRI, DATU CITTA, MATINROE RI BOLAMPARE’NA, 1871-1895, Wanita
LA PAWAWOI, KARAENG SIGERI, MATINROE RI BANDUNG, 1895-1905, Pria
LA MAPPANYUKKI, SULTAN IBRAHIM, MATINROE RI GOWA, 1931-1946, Pria
LA PABBENTENG, MATINROE RI MATUJU, 1946-1951, Pria.
Termah kasih, semoga artikel ini bermanfaat sebagai referensi bacaan..
Comments